Arah Pengembangan Kepariwisataan
Kabupaten Purwakarta
Oleh : Roedi Hartono, S.Sos
Pemberlakuan Otonomi Daerah sesuai dengan Undang-undang Nomor 32/2004 jo
22/1999 sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan kepariwisataan Nasional dan
Daerah, terutama menyangkut kebijakan yang ditimbulkan oleh keberadaan
Undang-undang tersebut.
Kelahiran kebijakan yang sebenarnya ditujukan untuk lebih menitik beratkan
pada tingkat kesejahteraan bagi daerah-daerah yang memiliki potensi sumber daya
berlimpah dangan menggali peningkatan PAD ini sangatlah rentan dengan isu-isu
stabilitas keamanan daerah sehingga berpengaruh pula pada tingkat pengembangan
dan pengambilan kebijakan pada sektor pariwisata.
Harus diakui bahwa birokrasi merupakan salah satu stakeholder pembangunan
pariwisata dan karena itu memiliki peran yang strategis untuk menentukan arah
dan sasaran pembangunan pariwisata. Peran ini semakin sentral karena dalam
otonomi daerah kewenangan didalam perencanaan , implementasi dan pengelolaan
pariwisata diserahkan oleh pemerintah pusat kepada daerah. Implikasinya tentu
saja sangat luas, terutama pada kesiapan birokrasi di daerah dalam
mengeimplementasikan kewenangan baru tersebut. Keberhasilan pembangunan
kepariwisataan nasional pada akhirnya sangat tergantung pada kemampuan
birokrasi di daerah untuk mengelola sumber daya pariwisat.a
Secara umum kebijakan pembangunan kebudayaan dan pariwisata Propinsi Jawa
Barat diarahkan pada pengembangan pemasaran dan produk yang bertujuan pada
nilai budaya, etika, moral dan agama yang berwawsan lingkungan sebagai salah
satu andalan untuk menunjang perekonomian daerah dan berperan sebagai wahana
pemberdayaan ekonomi rakyat serta kesempatan berusaha.
Pariwisata
merupakan sektor yang multidimensional karena memilki keterkaitan dengan banyak
sektor dan ilmu, karena membutuhkan pemahaman yang tepat agar dapat mengelola
unsur-unsur pariwisata secara utuh termasuk stakeholders yang terlibat didalamnya.
Oleh karena pariwisata memiliki keterkaitan pada sektor lain dan multi
sektoral maka partisipasi masyarakat sangat penting untuk meningkatkan taraf
hidup dan kehidupan masyarakat masyarakat disekitar objek wisata tersebut.
Namun disisi laian sering terjadi incohern dalam melahirkan suatau
kebijakan yang tepat sasaran dan tepat guna. Apabila melibatkan sektor
pariwisata dalam pengembangannya terutama wisata alam maka diharapkan instansi
terkait dapat bersama dalam peraturan-peraturannya agar tercipta suatu
keharmonisan tatanan kebijakan yang akurat, baik pada tingkat nasional,
regional dan lokal. Pariwisata dapat dikatakan
(meminjam istilah Dr Herman bahar) sebagai ”kutu yang memiliki sayap” bagi Comunity Based Tourism (CBT) karena
memberikan pengaruh yang positif. Prinsip CBT tersebut antara lain: 1)
melibatkan masyarakat sebagai bagian masyarakat setempat (lokal), 2) memelihara
dan melestarikan budaya dan kesenian yang ada dalam komunitas lokal, 3)
melestarikan kearifan lokal yang
dimiliki masyarakat setempat (indingenous people). Faktor-faktor tersebut dari sektor pariwisata
merupakan aset pariwisata yang prlu dipelihara dan dijaga.
Masyarakat merupakan elemen dasar kepariwisataan saat ini, karena mereka
juga merupakan bagian dari destinasi yang dikunjungi dan yang ingin dilihat dan
dipelajari oleh wisatawan melalui kebiasaan, adat istiadat serta pengetahuan,
dan masyarakat merupakan salah satu faktor yang menarik wisatawan untuk
dikunjungi.
Kabupaten purwakarta merupakan salah satu daerah yang turut memeriahkan
pelaksanaan otonomi daerah harus mampu berkontribusi lebih banyak dalam pembangunan
khususunya bidang kepariwisataan.
Badan pariwisata Kabupaten Purwakarta merupakan salah satu lembaga teknis
yang keberadaaanya sangat dituntut untuk mampu memberikan kontribusi dalam hal
pengelolaan aset-aset wisata dan budaya, pembinaan, pengmbangan dan pembangunan
pariwisata daerah.
Faktor-faktor yang mendukung pengembangan pariwisata Kab.
Purwakarta
meliputi :
·
Kedudukan geografis Kabupaten Purwakarta
·
Zona dan kawasan Industri
·
Jalan tol Jakarta
– Cikampek, Cipularang dan pembangunan
double track kereta api.
·
Kekayaan potensi Wisata alam dan budaya.
Selanjutnya disamping
memiliki potensi dan daya dukung wisata
tersebut, dalam pengembangan pariwisata terdapat permasalahan-permasalahan
sebagai berikut :
o kualitas SDM pariwisata
masih lemah
o Aksesbilitas menuju setiap
potensi objek wisata masih kurang baik
o Minat investor menanamkan
modalnya dibidang objek dan daya tarik wisata masih kurang
o kelembagaan dan pengaturan
pariwisata belum optimal.
o
Kemitraan dan sadar wisata dikalangan
instansi, dunia usaha dan masyarakat belum optimal.
Keberhasilan pengembangan pariwista Purwakarta dimasa yang akan datang
sangat ditentukan oleh adanya kebersamaan pemahaman dan pengertian semua pihak,
baik pemerintah , dunia usaha, maupun masyarakat. Termasuk di dalamnya
mengeliminir kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan pariwisata.
ARAH PENGEMBANGAN KEPARIWISTAAN PURWAKARTA
Berdasarkan sebaran potensi
kepariwisataan Kabupaten Purwakarta, arah pengembangannya dibagi ke dalam 3
Satuan Kawasan Wisata (SKW), yaitu :
SKW I PURWAKARTA
Diarahkan untuk wisata tirta, wisata pendidikan , wisata ziarah, atraksi
wisata tahunan, MICE. Prioritas pengembangan , antara lain :
-
Mendorong objek wisata Jatiluhur menjadi primadona pariwisata
Purwakarta dan wisata Tirta terbaik di Jawa barat.
-
Mendorong objek Wisata
Situ Buleud sebagai Taman Kota. Situ Buleud merupakan potensi obyek wisata
alam yang terletak di jalan K.K.Singawinata Purwakarta. Kini Situ Buleud merupakan ciri khas Kota
Purwakarta, berada di tengah-tengah kota
dengan latar belakang Gedung Karesidenan (saat ini menjadi Kantor Badan
Koordinasi Wilayah IV Purwakarta). Bagi
warga kota, Situ Buleud telah menjadi sarana atraksi dalam berbagai kegiatan,
terutama yang berkaitan dengan ekstra kurikuler sekolah, seperti lomba
menggambar, melukis, pentas seni bahkan menjadi tempat Indoor Recreations area
seperti panjat dingding, balap sepeda, pemancingan, kontes burung, pentas musik
kaula muda dan sarana berolah raga masal, berupa jogging dan lari pagi
mengelilingi Situ Buleud Untuk menciptakan kenyamanan bagi para
pengunjung, saat ini telah disediakan
sarana jogging track, taman mushola dan MCK Selanjutnya, ke depan Situ Buleud
diusulkan agar dikembangkan menjadi kawasan wisata berbentuk General out door recreations Area yang
dapat memfasilitasi kebutuhan pengunjung
terutama kaula muda dengan kegiatan Week end nya
b.
SKW II PLERED
Diarahkan sebagai wisata
kerajinan, Wisata petualangan, wisata ziarah Prioritas pengembangannya antara lain meliputi :
-
Sentra Keramik Plered (Penataan Kampung Keramik Plered) yang merupakan icon Jawa Barat.
Sentra kerajinan kramik Plered, terletak di Desa Anjun Kecamatan Plered,
sekitar 15 km dari kota Purwakarta. Di tempat ini, sekitar 50 pengrajin/toko
membuat dan memasarkan aneka kerajinan
tangan mulai dari pengolahan tanah liat, proses pembuatan, pengeringan,
pembakaran pada tungku, desain sampai kepada pemolesan (glosir) warna yang
bernilai seni dan siap untuk dipasarkan.
Ukuran dan bentuk cinderamata yang sudah jadi cukup bervariasi, antara
lain seperti asbak, gantungan kunci, pas bunga, tempat bolpoin, tempat tisu,
kendi, gentong, guci, meja, kursi, asesori dan lainnya. Aneka kerajinan kramik yang dihasilkan sangat
cocok untuk memenuhi kebutuhan cinderemata maupun koleksi pribadi. Saat ini
cinderamata keramik Plered sudah menjadi komoditi ekspor ke berbagai negara,
seperti Jepang, Belanda, Thailand, Singapore, Brunai Darusalam dan yang
lainnya. Sedangkan untuk komoditi dalam negeri sudah dipasarkan di Bandung,
Jakarta, Surabaya,Medan, Jogyakarta, Bali dan di beberapa kota besar lainnya.
Bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke tempat tersebut dapat dilakukan dengan
kendaraan umum, bus atau kendaraan pribadi.
Kendaraan umum tersedia angkutan kota, berupa mini bus jurusan Cikampek-Plered.
Untuk wisata pendidikan, bagi para pelajar atau wisatawan yang ingin mencoba
latihan, dapat langsung mengerjakan sendiri di LitBang Keramik Plered.
-
Penataan Objek Wisata Gunung
Parang
Parang merupakan salah satu tempat obyek wisata alam yang menyediakan kebutuhan untuk
kegiatan wisata petualangan minat khusus. Lokasinya berada di Kampung Cihuni Desa Sukamulya Kecamatan
Tegalwaru sekitar 28 km dari Kota Purwakarta atau 79 km dari Kota Bandung.
Memiliki ketinggian sekitar 983 meter dari permukaan laut dengan temperatur
rata-rata 22 sampai dengan 25 derajat Celsius.
Karakter Gunung Parang, adalah Multy
Grade, artinya banyak jalur
pemanjatan dengan tingkat kesulitan bervariasi.
Mulai dari tingkat kesulitan terendah
Grade 1 (class 5.0-5.4) sampai
dengan yang paling tinggi (grade IV, Class 5.5-5.13. Di antara organisasi
panjat tebing Inodensia, ada slogan atau pameo yang mengatakan : orang belum dapat disebut sebagai “Rock Climber
Indonesia” apabila belum pernah menaklukan Gunung Parang. Hal ini dapat
dibenarkan, karena mendaki di tempat ini, penuh dengan tantangan yang sangat
membutuhkan kesiapan, ketahanan dan ketangguhan mental dan fisik.
Dilihat dari potensi wisatanya, daya tarik utama Gunung Parang ini,
terletak pada tebing bagian timur.
Batunya keras (batu granit)
lerengnya curam dan terjal. Daya
tarik lainnya, adalah tebing cadas sebelah barat, keindahan alam sekitar serta
pola hidup masyarakat dan lingkungannya yang masih nuansa pedesaan. Saat ini,
Gunung Parang merupakan arena panjat tebing (Rock
Climbing Area) yang sering dipergunakan oleh KOPASUS, WANADRI, MAPALA UI
dan organisasi panjat tebing lainnya yang tergabung di dalam FPTI (Federasi
Panjat Tebing Indonesia) serta HOT ROCK GLOBAL CHALLENGE internasional yang berpusat di London. Untuk
menciptakan suasana kenyamanan bagi wisatawan, terutama bagi para pemanjat
tebing, saat ini di Gunung Parang telah
tersedia sarana stop over, berupa Saung Wisata, MCK di kaki lereng gunung
sebelah timur dan Mushola, MCK serta pos jaga yang berada di sebelah barat. Jumlah
pengunjung tahun 2007 mencapai 1.997
orang/tahun termasuk wisatawan yang berkunjung ke Makam Rd.Suryakencana.
Mengingat aktifitas wisata yang utama di
tempat ini adalah panjat tebing dan
ziarah maka, pengembangan wisata yang
diusulkan, adalah Adventure and Pilgrimage Tourism Area perpaduan potensi wisata petualangan
dan ziarah dalam koridor pengembangan obyek wisata minat
khusus.
-
Penataan Objek Wisata Danau
Cirata.
Cirata, selain berpungsi sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) danau
yang berketinggian sekitar 223 meter di atas permukaan laut itu, dikelilingi
bukit menjadikan keindahan alam yang sangat menarik. PLTA Cirata merupakan
Proyek Induk Pembangkit Hidro Jawa Barat (Pikitdro Jabar) yang dapat
membangkitkan energi listrik rata-rata sebesar 1.426 juta kilowat/jam
pertahun Bila melakukan perjalanan dari
Kota Purwakarta melalui Plered, kita akan tiba di Cirata dalam waktu kurang
lebih 40 menit. Dalam perjalanan itu, dapat dinikmati keindahan alam di sepanjang
jalan Plered-Cirata. Ke depan danau Cirata akan dikembangkan
menjadi tempat educationol
tourism bagi para pelajar dan mahasiswa dan sarana rekreasi, terutama
rekreasi air seperti halnya Obyek Wisata Jatiluhur
c.
SKW III WANAYASA
Diarahkan untuk wisata alam,
agrowisata, Desa Wisata, Wisata kesehatan. Prioritas pengembangan antara lain :
-
Desa Wisata Lembur Kahuripan Kecamatan Bojong. Desa Wisata Bojong terletak
di Desa Pasanggrahan Kecamatan Bojong,
sekitar 35 Km dari Kota Purwakarta, kurang lebih 650 meter dari permukaan
laut. Temperatur
udara rata-rata berkisar antara 17 s/d 20 Derajat Celsius. Dikelilingi pepohonan, bukit hamparan sawah,
pemandangan alam Gunung Burangrang dan areal perkebunan rakyat. Jaringan jalan yang melintasi
Desa Wisata Bojong, meliputi jalan kabupaten, jalan desa, jalan batu dan jalan
tanah. Desa Wisata Bojong merupakan tempat wisata pendidikan di alam terbuka
dan tempat pembinaan siswa yang bernuansa pedesaan memiliki karakteristik yang
khas (terutama rumah panggung ditata sedemikian rupa) sehingga berfungsi
sebagai sarana wisata berupa akomodasi bagi para pelajar. Daya tarik utama,
Desa wisata Bojong, terletak pada masyarakatnya yang sangat terbuka terhadap kehadiran pengunjung
atau wisatawan. Saat ini saja, tidak
kurang dari 12 sekolah lanjutan atas maupun akademi yang berasal dari Jakarta,
Bekasi, Tangerang dan Bogor telah menyelenggarakan Pembinaan Kesiswaan berupa
bimbingan pendidikan, observasi, latihan kepemimpinan dasar siswa termasuk
bhakti sosial yang dikerjakan langsung bersama masyarakat. Keuntungan yang
diperoleh, adalah meningkatnya kualitas SDM Siswa sekaligus termotivasinya
masyarakat setempat untuk meningkatkan SDM maupun penataan lingkungannya. Potensi lokal yang dapat dikembangkan
menjadi usaha cinderamata saat ini, antara lain hasil kerajinan rakyat seperti
halnya gula aren, gula kawung, borondong, dodol, ranginang dan kerajinan batok
kelapaa. Kemudian untuk pengembangan prasarana wisata, tahap awal yang
diperlukan, adalah penataan MCK, gapura, jalan aspal, papan petunjuk menuju
lokasi dan jembatan gantung yang lebih
representative di atas sungai Kampung Tajur. Selanjutnya ke depan, arahan
pembangunan pariwisata yang diarahkanb menjadi rural-tourism (wisata
pedesaan), yaitu kegiatan pariwisata yang berlangsung didaerah
pedesaaan dengan kekhususan dunia
pedesaaan, wilayah terbuka, tradisi pedesaan, dimana sebagai produk utama yang
meliputi kegiatan atau kebiasaan hidup sehari-hari dalam komunitas lokal yang
memiliki identitas tersendiri, bersifat kedekatan dengan alam serta kontak
dengan penduduk dan budaya dari wilayah pedsaan yang dituju, rakyat disekitar
daerah tujuan wisata tersebut sebagai
subjek pelaku dan pengendali dan bukan sebagai objek penderita. Badan Pariwisata kini telah melakukan berbagai
upaya penataan di Desa Pasanggrahan
anatar lain penambahan/perluasan rumah panggung yang sudah ada saat ini,
pembuatan rumah contoh yang merupakan tipikal rumah khas Sunda, pembuatan
mushola dan MCK, penataan makam keramat, Jalan setapak menuju makam keramat.
Kedepan diupayakan adanya gedung serba guna dan padepokan seni budaya dimana
diharapkan terbentuk kesenian yang siap dinikmati ketika pengunjung/wisatawan
datang, selain itu proses latihan kesenian dipadepokan tersebut dapat menjadi
daya tarik wisatawan. Pada tahun 2007 tercacat jumlah pengunjung di Desa
pasanggrahan 3,456, di desa Cihanjawar :
1,577 orang.
-
Sumber air panas Ciracas terletak di Kecamatan Kiarapedes, 30 Km dari kota
Purwakarta.
-
Curug Cipurut terletak di Desa Sumurugul kecamatan Wanayasa, sekitar 26 Km dari Kota
Purwakarta, merupakan air terjun alami (waterfall) yang memiliki kejatuhan air
sekitar 30 Meter atau ketinggian 750 m dari permukaan air laut.
-
Situ Wanayasa. Situ Wanayasa terletak di Desa
Wanayasa, Kecamatan Wanayasa, sekitar 23 km dari Kota Purwakarta atau 83 km
dari Bandung. Situ Wanayasa, merupakan
sebuah danau (situ) dengan luas sekitar
7 hektar, dikelilingi pohon-pohon, bukit-bukit hijau, air danaunya bersih dan
alami. Memiliki ketinggian sekitar 600 meter dari permukaan laut dengan
temperatur udara rata-rata berkisar antara 17 sampai dengan 20 derajat
Celsius. Prasarana yang sudah tersedia,
listrik, telepon dan kenderaan umum.
Untuk meningkatkan akses dan kenyamanan bagi pengunjung, jalan
menuju Situ Wanayasa telah dihotmix,
penataan Gedung Kewedanaan menjadi
sarana aktifitas kebudayaaan dan pembangunan sarana wisata berupa Guest House. Situ Wanayasa merupakan
kawasan wisata yang sangat potensial untuk dikembangkan, karena secara geografis
pariwisata, terletak di antara Tangkuban Parahu, Ciater dan danau Jatiluhur. Pengembangan
wisata diarahkan untuk rekreasi air berupa pemancingan, sepeda air, perahu
dayung, restoran terapung dan sebagainya. Di lingkungan sekitarnya yang dapat
dikembangkan, antara lain seperti home stay, guest house, rumah makan, taman
rekerasi, usaha cinderamata, hiking, arena melukis, menggambar, horse riding,
jogging, sarana out bound dan wisata pendidikan, seperti cara bertani
manggis dan cara berkebun lainnya (wisata agro) yang difokuskan kepada para
pelajar atau mahasiswa. Hingga tahun 2007 Badan Pariwisata telah berupaya
melakukan penataan Situ Wanayasa, antara lain pembuatan gazebo, pembuatan
jembatan penghubung ke pulau kecil ditengah situ, penataan taman disekitar
pulau kecil tengah situ, penyediaan sarana wisata air, sepeda air dan perahu
karet (belum bisa dioperasikan, masih tadalam tahap persiapan). Kemudian ke
depan dapat dikembangkan paket wisata dalam kota, dengan route perjalanan Air
Panas Ciracas- Curug Cipurut-Situ Wanayasa-Situ Buleud-Grama Tirta Jatiluhur
dan terakhir Danau Cirata.
Sedangkan pengembangan paket
wisata luar kota, diusulkan adalah Tangkuban Parahu-Ciater-Situ Wanayasa-Grama
Tirta Jatiluhur dengan pangsa pasar wisatawan dari Bandung dan Jakarta.
Hal
terpenting dalam pengembangan pariwisata
kabupaten Purwakarta diperlukan suatu tema atau citra
yang jelas. Tema pengembangan ini diperlukan karena keragaman potensi perlu
dikembangkan secara terarah sehingga tidak hilang dalam belantara keragaman itu
sendiri. Keanekaragaman potensi Purwakarta sebenarnya dapat
menjadi kekuatan, tapi sangat mungkin bila tidak diarahkan menjadi
kelemahan.
Pengembangan
Pariwisata Kabupaten Purwakarta harus
fokus dalam mengedepankan suatu tema atau citra menjadi sebuah brand
. Hal tersebut tidak berarti bahwa purwakarta tidak ditemukan wisata
selain wisata yang menjadi brand tersebut, namun haruslah ada sebuah tema yang
menjadi ” pembawa bendera”nya.
Ada kecenderungan yang menonjol dalam pariwisata global beberapa waktu
terakhir, yakni tuntutan kuat terhadap kualitas produk dan pelayanan wisata.
Wisatawan Cenderung meninggalkan
produk-produk wisata standar berskala masal (high volume production of
standard commodities) dan beralih ke
produk-produk unik yang beragam dan bermutu tinggi (high value production
of unique commodities) yang menonjolkan keaslian otentisitas (authenticity),
originalitas ( originality) dan keunikan ( uniqeness) lokal.
Sejalan dengan prinsip kahuripan Bupati Purwakarta dengan istilah pengembangan wisata ”gerakan
balik ka lembur” yang sangat kental dengan citra dan tema ke-Sunda-an
dapat diusung untuk menjadi tema pengembangan pariwisata Purwakarta.
Mengembangakan daya tarik wisata yang berakar pada alam dan budaya Sunda
sehingga pengembangan pariwisata juga merupakan upaya pelestarian alam dan
budaya serta sekaligus pembangunan jati diri masyarakat Purwakarta.
Mengembangkan kerangka sumber daya tarik wisata dengan tema umum budaya Sunda,
berupa rangkaian simpul-simpul aspek sejarah, alam, seni dan Budaya Jawa Barat.
Kepariwisataan pada hakekatnya adalah fenomena
kemanusiaan.Manusia sebagai makhluk sosial yang melakukan perjalanan untuk
memenuhi kebutuhan untuk meningkatkan kualitas hidupnya.Perjalanan untuk
memenuhi kebutuhannya itu itu menimbulkan dampak ekonomi, sosial, budaya , dan
lingkungan dll. Kebutuhan yang dicari itu , berada diluar tempat
tinggalnya,adalah sesuatu yang berbeda, lain, menarik dari kesehariannya.
Dalam hal ini, kepariwisataan pada hakekatnya adalah berbeda atau unik.
Tanpa adanya yang berbeda yang dibutuhkan itu, dapat dikatakan
kepariwisataan tidak akan pernah ada.
Dengan mengembangkan dan meng-enforce
tema yang jelas disetiap simpul tersebut, dan mengakar pada alam dan budaya Sunda, sehingga
membentuk suatu produk wisata yang spesifik, unik, khas Purwakarta. Semoga!
Ada beberapa catatan penting yang perlu mendapatkan
perhatian pada saat ini, antara lain :
-
Untuk menjadikan pariwisata sebagai
sektor unggulan, maka diperlukan suatu Goodwill politik yang jelas.
Perlu adanya payung regulasi atau produk hukum lainnya untuk menggerakkan
sektor terkait lainnya: prasarana, pertanian, peternakan, kehutanan,
dll….karena Pariwisata sebagai entry point, tak mungkin akan berhasil tanpa
dukungan sektor/bidang lainnya.
-
Melakukan koordinasi dengan dinas Instansi
terkait dalam upaya mengatasi hambatan aksesibilitas dari dan ke
objek wisata
-
Mengembangkan dan memperkuat kemitraan
dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat dengan melibatkan pemerintah
daerah dan sektor pariwisata.
-
Meningkatkan pelatihan kepariwisataan,
agar masyarakat dapat memainkan peran aktif dalam perekonomian pariwisata.
-
Mengubah persepsi, bahwa pariwisata itu
berskala besar, mewah dan pekat maksiat menjadi persepsi positif, seperti
pariwisata itu bisa berskala kecil, sederhana tetapi indah dan bersih serta
memberikan manfaat
-
Melakukan promosi terpadu dengan usaha
pariwisata.
-
Menggali tema baru untuk setiap Daerah Tujuan Wisata sesuai dengan keunikan
masing-masing daerah
-
Meningkatkan kualitas dan volume produk
cinderamata yang mencerminkan ciri khas daerah guna menunjang promosi daerah
Untuk menjalankan peran strategis tersebut masih terasa
betapa kemampuan Badan Pariwisata Kab. Purwakarta di dalam perencanaan,
implementasi dan manajemen pembangunan pariwisata purwakarta masih terbatas. Hal
ini disebabkan oleh tugas dan wewenang Baparda yang masih tumpang tindih dengan
dinas terkait lainnya, sehingga ke depan kiranya perlu mendapatkan pembenahan
yang sesuai dengan tuntutan dari
arah pengembangan pariwisata itu
sendiri.
Ditulis Oleh : Unknown ~ Berbagi Design Blogger
Sobat sedang membaca artikel tentang Arah Pengembangan Kepariwisataan Kabupaten Purwakarta . Oleh Admin, Sobat diperbolehkan mengcopy paste atau menyebarluaskan artikel ini, tapi jangan lupa untuk meletakkan link dibawah ini sebagai sumbernya.
0 komentar:
Posting Komentar
Komentar bijak Anda sangat di nantikan ..Terimakasih.Salam Sukses...